#navbar-iframe { display: none !important; }

Wednesday, April 25, 2012

Kelinci yang rendah diri

"Bukankah telah datang atas manusia satu waktu dari masa, sedang dia ketika itu belum merupakan sesuatu yang dapat disebut Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari setetes mani yang bercampur yang Kami hendak mengujinya (dengan perintah dan larangan), karena itu Kami jadikan dia mendengar dan melihat Sesungguhnya Kami telah menunjukinya jalan yang lurus; ada yang bersyukur dan ada pula yang kafir…" (Al-Insan : 1-3)
Kelinci dari dulu terkenal sebagai hewan yang bernyali kecil. Ia sering ketakutan tanpa alasan yang jelas dan sesegera mungkin menyingkir bila merasa terganggu keamanannya.

Suatu hari, terlihat sekelompok kelinci sedang berkumpul di tepi sebuah sungai. Mereka sibuk berkeluh kesah meratapi nyalinya yang kecil, serta mengeluhkan kehidupan mereka yang senantiasa dibayangi dengan mara bahaya. Semakin lama ngobrol, mereka semakin sedih dan ketakutan memikirkan nasib. Alangkah malangnya lahir menjadi seekor kelinci. Mau lebih kuat tidak punya tenaga, ingin terbang ke langit biru tidak punya sayap, setiap hari ketakutan melulu! Mau tidur nyenyak pun sulit karena terganggu oleh telinga panjang yang tajam pendengarannya sehingga matanya yang berwarna merah pun semakin lama semakin merah saja. 

Mereka merasa hidup ini tidak ada artinya. Daripada hidup menderita ketakutan terus, mereka berpikir lebih baik mati saja. Akhirnya mereka mengambil keputusan untuk bunuh diri dengan cara melompat dari tepian tebing yang tinggi dan curam. Maka, para kelinci berbondong-bondong menuju ke arah tebing.
Saat mereka melewati pinggir sungai, ada seekor katak yang terkejut melihat kedatangan kelinci yang berjumlah banyak. Dengan tergesa-gesa, si katak yang ketakutan itu melompat ke sungai untuk melarikan diri. 

Kelinci memang sering menjumpai katak yang melompat ketakutan saat mereka melintas. Selama ini mereka tidak peduli. Namun kali ini berbeda. Tiba-tiba ada seekor kelinci yang tersadar dari kesedihannya dan langsung berteriak, "Hei, berhenti! Kita tidak usah ketakutan sampai perlu harus bunuh diri!
Karena lihatlah, ternyata ada hewan lain yang lebih tidak bernyali dibandingkan kita yakni si katak yang terbirit-birit saat melihat kita!" 

Mendengar kata-kata itu, tiba-tiba pikiran dan hati kelinci-kelinci lain terbuka - seolah-olah tumbuh tunas keberanian di hati mereka. Maka dengan riang gembira mereka mulai saling membesarkan diri masing-masing, "Iya, kita tidak perlu ketakutan!", "Tuh kan, ada makhluk lain yang lebih pengecut dari kita", "Iya, kita harus semakin berani!" Perlahan-lahan mereka berbalik arah, kembali ke arah pulang dengan riang gembira dan melupakan niat untuk bunuh diri.