"Bukankah telah datang atas manusia
satu waktu dari masa, sedang dia ketika itu belum merupakan sesuatu yang dapat
disebut Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari setetes mani yang
bercampur yang Kami hendak mengujinya (dengan perintah dan larangan), karena
itu Kami jadikan dia mendengar dan melihat Sesungguhnya Kami telah menunjukinya
jalan yang lurus; ada yang bersyukur dan ada pula yang kafir…" (Al-Insan
: 1-3)
Kelinci dari
dulu terkenal sebagai hewan yang bernyali kecil. Ia sering ketakutan tanpa
alasan yang jelas dan sesegera mungkin menyingkir bila merasa terganggu
keamanannya.
Suatu hari,
terlihat sekelompok kelinci sedang berkumpul di tepi sebuah sungai. Mereka
sibuk berkeluh kesah meratapi nyalinya yang kecil, serta mengeluhkan kehidupan
mereka yang senantiasa dibayangi dengan mara bahaya. Semakin lama ngobrol,
mereka semakin sedih dan ketakutan memikirkan nasib. Alangkah malangnya lahir
menjadi seekor kelinci. Mau lebih kuat tidak punya tenaga, ingin terbang ke
langit biru tidak punya sayap, setiap hari ketakutan melulu! Mau tidur nyenyak
pun sulit karena terganggu oleh telinga panjang yang tajam pendengarannya
sehingga matanya yang berwarna merah pun semakin lama semakin merah saja.
Mereka
merasa hidup ini tidak ada artinya. Daripada hidup menderita ketakutan terus,
mereka berpikir lebih baik mati saja. Akhirnya mereka mengambil keputusan untuk
bunuh diri dengan cara melompat dari tepian tebing yang tinggi dan curam. Maka,
para kelinci berbondong-bondong menuju ke arah tebing.
Saat mereka
melewati pinggir sungai, ada seekor katak yang terkejut melihat kedatangan
kelinci yang berjumlah banyak. Dengan tergesa-gesa, si katak yang ketakutan itu
melompat ke sungai untuk melarikan diri.
Kelinci
memang sering menjumpai katak yang melompat ketakutan saat mereka melintas.
Selama ini mereka tidak peduli. Namun kali ini berbeda. Tiba-tiba ada seekor
kelinci yang tersadar dari kesedihannya dan langsung berteriak, "Hei,
berhenti! Kita tidak usah ketakutan sampai perlu harus bunuh diri!
Karena
lihatlah, ternyata ada hewan lain yang lebih tidak bernyali dibandingkan kita
yakni si katak yang terbirit-birit saat melihat kita!"
Mendengar
kata-kata itu, tiba-tiba pikiran dan hati kelinci-kelinci lain terbuka -
seolah-olah tumbuh tunas keberanian di hati mereka. Maka dengan riang gembira
mereka mulai saling membesarkan diri masing-masing, "Iya, kita tidak perlu
ketakutan!", "Tuh kan, ada makhluk lain yang lebih pengecut dari
kita", "Iya, kita harus semakin berani!" Perlahan-lahan mereka
berbalik arah, kembali ke arah pulang dengan riang gembira dan melupakan niat
untuk bunuh diri.